Ketika aku masih kanak-kanak dulu, aku tidak tahu ingin jadi
apa. Lalu setelah kelas satu MI, kalau ditanya ingin jadi apa, aku jawab ingin
jadi guru, karena mungkin merasa kagum dengan ibu guru yang sabar dalam
mendidik murid-muridnya. Lalu setelah mendapat pelajaran rukum islam,
cita-citaku ingin pergi haji. Lalu kelas lima MI, cita-citaku berubah, aku
ingin menjadi dokter, hanya berdasar karena aku merasa cukup pintar, karena aku
selalu ranking satu, tidak memikirkan banyaknya biaya untuk menjadi dokter.
Lalu masuk SMP, ketika ditanya ingin menjadi apa, aku tidak
ada bayangan. Dokter tidak lagi menjadi cita-citaku, karena aku mulai sadar
bahwa orangtuaku tidak mungkin dapat menyekolahkanku untuk menjadi seorang
dokter. Sedangkan menjadi guru, sudah lama aku lupakan. Tetapi lalu timbullah
keinginanku untuk menjadi guru, hanya karena aku ingin membalas dendam kepada
guruku di SMP. Di SMP dulu aku pernah mempunyai masalah dengan seorang guruku,
seorang perempuan yang menyebalkan, setidaknya dulu aku berpikir seperti itu. Hingga
membuatku ingin menjadi seorang guru, dengan harapan suatu hari nanti aku akan
mengajar anak dari guruku tadi, dan aku akan memperlakukannya seperti ibunya
memperlakukanku. Dan cita-cita itu setidaknya bertahan selama tiga tahun di SMP
itu, dengan latar belakang dendam.
Kemudian SMA, aku berubah ingin menjadi ahli bahasa inggris,
karena aku suka sekali dengan bahasa inggris. Tetapi aku juga ingin menjadi
seorang akuntan, karena aku merasa cukup pintar dalam pelajaran akuntansi. Lalu
guru akuntansiku menyarankan aku untuk mendaftar di STAN, tetapi sayang nilaiku
tidak stabil, naik turun, jadi STAN tidak mungkin bagiku. Kelas tiga SMA, aku
mendapat PMDK bahasa inggris dari UNES, tetapi karena di Semarang, almarhum
bapak tidak menginjinkan, katanya khawatir kalau aku harus sendirian di
Semarang sana. Jadi PMDK itu tidak aku ambil. Lalu setelah lulus SMA, aku ingin
kuliah akuntansi, tetapi lagi-lagi almarhum bapak tidak mengijinkan, katanya
takut aku tergoda dengan uang, lalu korupsi. Akhirnya aku masuk AKPER.
Mungkin karena memang aku ditakdirkan untuk menjadi seorang
perawat, begitu lulus SMA, almarhum kakak tertuaku mendaftarkanku ke AKPER, dan
almarhum bapak mengijinkan. Kata almarhum bapak, setelah beliau bertanya-tanya
kepada temannya yang mengerti soal sekolah, kata temannya itu kalau jadi
perawat itu suatu hari bisa ke amerika. Ditambah lagi kata almarhum bapak, jadi
perawat itu bisa mendapat pahala yang banyak, karena perawat itu menolong orang
yang sakit. Lalu ditambah kata almarhum kakak tertuaku, kalau lowongan perawat
itu banyak, jadi aku tidak akan menganggur, tidak seperti sarjana-sarjana
lainnya, yang banyak menganggur pada awalnya. Jadi, masuklah aku ke AKPER, yang
merupakan bukan kemauanku sendiri, dan aku benar-benar tidak ada bayangan
seperti apa kuliahnya pada awalnya.
Karena bukan kemauanku sendiri untuk kuliah keperawatan,
maka semester pertamaku, sungguh mencengangkan. Nilai-nilaiku yang aneh bin
ajaib, artinya sangat rendah, karena mengingat aku selalu mendapat nilai
lumayan bahkan bagus, selama aku sekolah. Tetapi semester pertamaku itu
benar-benar... Tetapi, untungnya aku berbenah diri, karena sebenarnya aku ini
tipe orang yang tidak ingin kalah dari orang lain, jadi aku berusaha mengejar
ketinggalanku, tetapi ya begitulah, nilai-nilai tidak seburuk semester
pertamaku, tetapi karena semester pertamaku sudah seperti itu, jadi nilai
akhirku tidak sebaik yang aku harapkan. Tetapi setidaknya aku lulus dengan
nilai yang tidak memalukan, masih mendapat predikat sangat memuaskan.
Setelah lulus AKPER, aku punya keinginan yang aneh, yaitu
aku tidak ingin bekerja di kotaku, tetapi aku ingin bekerja di Jakarta. Dengan alasan
simpel, aku ingin mandiri. Karena terlalu sering menonton serial amerika, yang
selalu menampilan kehidupan wanita karier yang mandiri, sepertinya
menyenangkan. Tinggal sendiri, tidak perlu peduli dengan orang di sekitarmu,
mau malas silakan, tidur seharian silakan, tidak ada yang protes. Apalagi selama
ini aku merasa selalu tidak lepas dari orangtua dan kakak-kakakku, jadi aku
ingin ke Jakarta.
Lalu sampailah aku di Jakarta, aku bekerja di sebuah rumah
sakit yang bagus sekali, termasuk canggih, karena orang berduit saja yang bisa ke
sana, seperti para pejabat, artis, dan golongan jetset lainnya. Dulu, aku
selalu berorientasi, aku suka bekerja di tempat yang bagus, jadi ketika
baru-baru masuk kerja, aku senang sekali, karena rumah sakitku itu kan bagus
dan terkenal, dan juga ada perasaan bangga, karena aku yang dari kampung, bisa
bekerja di rumah sakit sebagus itu. Tetapi ternyata bekerja di sana, capeknya
minta ampun, ditambah rekan kerja yang menyebalkan, atau mungkin karena aku
masih sangat muda, aku pun tidak tahan, dan keluar. Di rumah sakit itu, aku
hanya bertahan selama empat bulan. Lalu aku bekerja di perusahaan asuransi,
pekerjaan yang menyenangkan, dan rekan kerja juga menyenangkan, tetapi sayang
kontrakku tidak diperpanjang, karena katanya perusahaan belum menambah
karyawan. Jadi aku bekerja di sana hanya selama tiga bulan.
Lalu aku pun pulang kampung, mungkin selama tiga bulanan aku
menganggur di rumah. Dulu begitu lulus kuliah, aku langsung kerja, sedangkan
teman-temanku lainnya masih banyak yang menganggur. Lalu ketika aku menganggur
di rumah, teman-temanku sudah bekerja semua. Tetapi ternyata semua itu
mengantarkanku untuk kemudian bekerja di Saudi Arabia sebagai perawat selama
empat tahun. Selama empat tahun, aku bisa umroh selama enam kali, dan haji
sekali, juga bisa membiayai ibuku pergi haji. Dan tentunya materi lainnya
walaupun tidak seberapa. Dan yang terakhir, aku bisa kuliah sendiri di UI untuk
melanjutkan ke jenjang S1, dengan uangku sendiri. Walaupun ketika aku menulis
ini, aku masih menganggur. Tetapi aku tetap bersyukur karenanya. Jadi setelah
aku pikir, aku merasa beruntung karena aku menjadi seorang perawat, karena
mungkin kalau aku tidak menjadi perawat, mungkin aku belum pernah naik pesawat
terbang, umroh dan haji, menghajikan ibuku, beli ini dan itu, kuliah lagi,
semua dengan uangku sendiri. Jadi, ternyata tidak buruk kok menjadi perawat. Jadi,
kenapa tidak menjadi perawat?
makasih ya
BalasHapusini sangat membantu tugas kuliah saya
Recomended bgt ka.thanks
BalasHapusRecomended bgt ka.thanks
BalasHapusLah emang kenapa? Perawat asisten dokter Jasa Perawat Home Care Terbaik di Indonesia
BalasHapus